Fenomena Solar Minimum Matahari dan Dampaknya

179
Fenomena Solar Minimum Matahari dan Dampaknya
Ilustrasi Fenomena Solar Minimum Matahari. Foto: Ist/Net

Texno.ID – Fenomena solar minimum Matahari merupakan topik yang sangat menarik untuk kita bahas dalam bidang ilmu sains. Fenomena ini juga kita kenal sebagai Matahari Lockdown.

Hal ini menandakan jika aktivitas Matahari tengah mengalami penurunan. Meskipun demikian, fenomena ini tidak akan membuat Bumi kita membeku.

Sejatinya, secara alami Matahari memiliki variasi perubahan terkait jumlah energy yang ia hasilkan.

Kemudian, Matahari memiliki variasi 11 tahunan. Matahari akan memancarkan energinya secara maksimum.

Hal ini ditandai dengan bintik matahari mencapai puncaknya atau jumlah pancaran energy yang tinggi. Sementara itu, ketika matahari berada pada pancaran energy terendah, bintik matahari terlihat lebih sedikit.

Fenomena Solar Minimum Matahari dan Dampaknya Bagi Kehidupan di Bumi

Fenomena Matahari tersebut tidak selalu persis sebelas tahun sekali. Dengan kata lain, fenomena tersebut bisa saja terjadi lebih cepat atau lebih lama.

Paling cepat, siklus Matahari akan terjadi dalam 9 tahun. Sedangkan untuk waktu yang lebih lambat, akan terjadi dalam 14 tahun.

Siklus Matahari semacam ini pertama kali Heinrich Schwabe temukan pada tahun 1843 yang lalu.

Faktor Penyetir Lainnya

Fenomena solar minimum Matahari yang terjadi pada siklus Matahari 11 tahunan ini juga berkaitan dengan faktor penyetir lainnya. Istilah ini lebih kita kenal sebagai climate driver.

Faktor tersebut antara lain seperti aerosol letusan gunung api, perubahan sirkulasi samudera, hingga perubahan kemiringan sumbu rotasi Bumi. Selain itu, dapat menjelaskan perubahan naik maupun turun atau fluktuasi suhu udara global.

Dampak yang Mungkin Terjadi

Fenomena solar minimum Matahari ini tentu saja memberikan dampak bagi kehidupan di Bumi. Sebab itulah, penting bagi kita untuk memahami siklus Matahari tersebut.

Pasalnya, hal ini berkaitan dengan cuaca luar angkasa yang disebabkan oleh Matahari. Misalnya saja seperti letusan semburan Matahari hingga peristiwa pelepasan massa Matahari.

Fenomena semacam ini bisa saja berdampak pada jaringan listrik, satelit, GPS, roket, astronot di luar angkasa, hingga maskapai penerbangan.

Sebabkan Gempa Bumi dan Cuaca Dingin

Fenomena solar minimum Matahari mungkin saja bisa menyebabkan gempa Bumi hingga kondisi cuaca yang dingin. Ketika periode solar minimum terjadi, maka aktivitas di permukaan Matahari akan mengalami penurunan secara dramatis.

Sejumlah ahli berpendapat, hal ini mungkin merupakan permulaan dari periode terdalam minimum Matahari. Dengan kata lain, hal ini merupakan resesi sinar Matahari yang sebelumnya pernah tercatat.

Kemudian, bintik Matahari telah menghilang. Nomor bintik Matahari tersebut berfungsi untuk menghitung jumlah bintik Matahari yang ada pada permukaan Matahari di waktu tertentu.

Ini merupakan satu-satunya indek yang mana manusia memiliki catatan sejarah panjang dan terperinci. Ketika medan magnet Matahari mengalami penurunan atau menjadi lemah, memungkinkan sinar kosmik ekstra ke tata surya.

Sinar kosmik yang berlebihan dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Tak hanya itu saja, kelebihan sinar kosmik juga akan mempengaruhi udara kutub, elektro kimia atmosfer atas Bumi maupun memicu adanya petir.

Tak terlepas dari hal tersebut, terdapat perkiraan jika solar maksimum berikutnya akan terjadi pada Juli 2025 nanti.

Hal ini terjadi ketika Matahari tengah mengalami masa puncaknya. Selama periode tersebut, ada kemungkinan jika paparan Matahari bisa mengganggu komunikasi yang terjadi di Bumi.

Bila kita bersiap dengan terjadinya fenomena solar minimum Matahari, sudah barang tentu kita juga harus siap dengan solar maksimum. Mulai dari kapan fenomena itu akan terjadi hingga kemungkinan lainnya.