Texno.ID – Suhu di luar angkasa tentu sangat berbeda dengan di Bumi. Beberapa orang menyebutnya sangat dingin, namun juga ada yang percaya bahwa di sana panas.
Alam semesta yang kita tinggali ini sangatlah luas. Bumi hanyalah sebagian kecil dari alam semesta kita. Bumi yang bahkan bagian kecil saja sudah terdapat banyak perbedaan. Mulai dari waktu, iklim, suhu dan lainnya. Tentu saja luar angkasa sana juga memiliki perbedaan, salah satunya suhu.
Bagaimana Suhu di Luar Angkasa Itu?
Tidak banyak orang yang sudah menjelajah ke luar angkasa. Jaraknya yang jauh serta segala keterbatasan menjadi alasan mengapa ekspedisi luar angkasa manusia terhambat.
Bahkan pendahulu kita mungkin tidak pernah bermimpi mengenai manusia yang bisa mencapai bulan. Siapa sangka, saat ini ekspedisi luar angkasa manusia mulai menjadi hal yang lumrah.
Alam semesta kita menyimpan banyak sekali misteri. Banyak pertanyaan yang mengganjal di benak ketika membicarakan mengenai tata surya kita.
Salah satunya adalah mengenai suhu yang ada di luar Bumi. Seperti yang diketahui, area yang masih di dalam planet saja bisa memiliki perbedaan suhu yang mencolok.
Contohnya adalah wilayah khatulistiwa dan kutub. Mereka adalah dua tempat yang sama-sama berada di permukaan Bumi, namun memiliki suhu yang berbeda. Daerah khatulistiwa cenderung hangat dan kutub sangat dingin.
Lantas, bagaimana di luar angkasa yang notabene merupakan ruang hampa? Menurut keterangan beberapa astronot, suhu di luar angkasa cenderung sangat dingin. Bahkan bisa mencapai minus 270 derajat Celcius.
Sangat Dingin dan Ekstrem
Perlu Anda ketahui bahwa luar angkasa tidak dapat diprediksi. Terdapat banyak sekali perbedaan dengan Bumi. Sistem tata surya kita memiliki Matahari sebagai bintang utamanya. Cahaya Matahari tersebut yang menjadi sumber panas terbesar di hampir seluruh galaksi kita.
Di Bumi, ketika Matahari bersinar maka suhu akan lebih panas. Begitupun pada malam hari, meski Matahari sudah tidak menyinari satu bagian Bumi, namun suhunya tidak akan berubah begitu drastis.
Hal itu karena Bumi memiliki atmosfer yang menahan keseimbangan suhu saat Malam hari. Lapisan atmosfer akan menyimpan panas serta menahannya agar tidak melukai makhluk hidup di Bumi.
Berbeda dengan di luar angkasa, tidak ada atmosfer ataupun partikel yang bisa menahan panas. Sebab itulah suhu di luar angkasa sana tidak pernah stabil dan cenderung ekstrim.
Para astronot yang menjelajah melalui pesawat luar angkasa pun harus menggunakan baju khusus untuk menyesuaikan suhu dengan tubuh.
Saat terkena sinar Matahari, suhu di sana bisa mencapai 150 derajat Celcius. Kebalikannya, bagian yang tidak terkena Matahari akan sangat dingin hingga minus ratusan derajat. Hal tersebut selalu berganti dengan cepat dan ekstrem.
Penyebab Suhu yang Ekstrem di Luar Angkasa
Anda mungkin bertanya-tanya kenapa luar angkasa mampu mengalami perubahan suhu dengan cepat. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa luar angkasa merupakan wilayah hampa.
Di sana tidak ada partikel yang dapat menahan kalor. Molekul gas di luar angkasa terlalu sedikit dan jauh untuk saling bersinggungan yang dapat menyerap panas Matahari seperti halnya metode konveksi.
Itulah mengapa, benda-benda yang terkena sinar Matahari akan sangat panas. Sedangkan lainnya tetap dingin. Ketika Matahari berhenti bersinar, maka tidak akan ada panas yang tersisa menyebabkan suhu selalu dingin.
Itulah mengapa suhu di luar angkasa sangatlah dingin meskipun berinteraksi langsung dengan Matahari. Suhunya selalu sangat panas atau dingin membeku yang membuat makhluk hidup apapun tidak akan mampu bertahan.