Hujan berlian di luar angkasa merupakan fenomena yang bisa saja terjadi. Bahkan, fenomena luar angkasa satu ini bisa terjadi pada seluruh alam semesta. Akhir-akhir ini, hujan berlian tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan para ilmuwan.
Kabarnya, fenomena ini diprediksi akan terjadi lebih sering ke depannya nanti. Hal ini pun telah didukung dengan pernyataan para ilmuwan.
Para ilmuwan tersebut menggunakan plastik biasa atau plastic PET untuk membuat kembali presipitasi aneh. Mereka meyakini jika hal tersebut terbentuk jauh di dalam Uranus juga Neptunus.
Mengenal Lebih Jauh Tentang Hujan Berlian di Luar Angkasa
Bagi sebagian orang, hujan berlian menjadi sebuah fenomena yang cukup mengejutkan. Pasalnya, masyarakat kita lebih familiar dengan hujan berupa tetesan air atau salju.
Tak heran, jika hujan berlian menjadi salah satu fenomena langit yang unik. Hujan berlian ini pertama kali dicetuskan pada tahun 1977 silam.
Hal ini terjadi sebelum misi Voyager 2. Alasan hujan berlian ini sangatlah sederhana.
Seperti yang kita ketahui, jika di luar angkasa terdapat planet Uranus dan Neptunus. Kedua planet tersebut memiliki raksasa es yang kemudian menyebabkan terjadinya hujan berlian.
Sementara itu, para ilmuwan sebelumnya telah berteori jika tekanan dan temperatur sangat tinggi sudah mengubah hydrogen maupun karbon jadi berlian padat sebanyak ribuan kilometer tepat di bawah raksasa es tersebut.
Tempat Hujan Berlian Terbentuk
Hujan berlian di luar angkasa ini tak lepas dari tempat berlian tersebut terbentuk. Di bawah permukaan planet diklaim terdapat cairan panas dengan bentuk yang padat.
Tempat tersebut merupakan asal dari berlian terbentuk. Secara perlahan, berlian akan tenggelam ke inti berbatu yang berpotensi memiliki ukuran Bumi lebih dari 10.000 kilometer di bawahnya.
Pada tempat itu pula, berlian yang jatuh bisa membentuk sebuah lapisan besar. Saking besarnya, mampu membentang hingga ratusan kilometer bahkan bisa lebih dari itu.
Saturnus dan Jupiter Juga Mengalami Hujan Berlian
Hujan berlian di luar angkasa ini tidak hanya terjadi di planet Uranus maupun Neptunus saja. Planet lainnya yang sering mengalami hujan berlian adalah Saturnus dan Jupiter.
Bahkan, hujan berlian yang terjadi pada kedua planet tersebut memiliki diameter yang besar, yakni mencapai satu sentimeter. Tak hanya itu, sejumlah peneliti juga meyakini, jika terdapat jutaan ton berlian di langit Saturnus maupun Jupiter.
Selain itu, kedua planet tersebut juga memiliki kemungkinan yang lebih besar terjadi hujan berlian. Pasalnya, baik Saturnus maupun Jupiter memiliki komponen utama untuk menciptakan berlian.
Komponen utama tersebut tak lain adalah karbon yang dihasilkan sebagai akibat dari terjadinya badai. Fakta lainnya, Saturnus dan Jupiter juga memiliki kondisi cuaca yang cukup untuk menghasilkan berlian di udara.
Proses Terjadinya Hujan Berlian
Hujan berlian di luar angkasa melalui proses yang cukup panjang. Planet yang terdapat di tata surya, sebagian besar memiliki gas metana.
Pada Saturnus dan Jupiter, mempunyai gas metana yang melimpah pada permukaannya. Hal tersebut merupakan akibat dari badai petir yang kemudian mengubah gas metana menjadi karbon maupun hydrogen non Kristal.
Melalui presipitasi, karbon jatuh dan tekanan meningkat secara bertahan seiring meningkatkan kecepatan presipitasi tersebut. pada kedalaman sekitar 6.000 km, partikel grafit berubah dari kondisi cair menjadi padat.
Kemudian, terus turun hingga kedalaman 30.000 km dan memiliki suhu lebih dari 4.000 Kelvin. Badai yang terjadi, dapat menghasilkan hujan berlian di luar angkasa sekitar 1.000 ton berlian setiap tahun.